Rabu, 20 Juli 2016, sekitar pukul 23.20 waktu setempat Malaysia,
“To all passengers... due to some technical problem, we are very sorry that we will be delay to depart to Tokyo for about 30 minutes....”
Kira-kira seperti itulah pengumuman yang disampaikan kapten pesawat Japan Airlines pada malam Kamis di bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 1. Sebuah pengumuman yang akan mengantarkan seorang anak innocent untuk mencoba bernapas di sisi planet bumi yang berbeda. Sebuah pengalaman yang akan membawa saya ke negeri yang sudah lama saya impikan. Here we go : Tokyo, Japan.
...Eh ke Jepang?
...Ngapain kesana?
...Jalan-jalan?
...atau AIESEC?
...Ooo, exchange SCORE CIMSA?
Diatas merupakan beberapa contoh pertanyaan super-mainstream yang sempat dilontarkan oleh beberapa orang kepada saya ketika check in path untuk pertama kalinya di Narita International Airport Jepang dan update foto Tokyo Tower di Instagram (Narsis teteup). Mungkin agak sedikit aneh kenapa orang seperti saya tiba-tiba nyampe disana. Beberapa mungkin ada yg mikir hape saya dibajak, path saya error, bahkan ketika saya upload foto saya pas di KLIA di Line kelompok tutorial, ada yang mengira saya nyatut gambarnya dari google trus diedit pakai aplikasi photoshop. -_-
Hmm aku bisa jelaskan.
Perjalanan saya ke Jepang kemarin itu adalah bentuk dari program Student Mobility (SM). Terdengar asing? Ya, sama... saya juga, pada awalnya. Jadi ini adalah kerjaannya (red:program) Internasional Office Unand berupa exchange selama 1 bulan keluar negeri. Sebenernya ada juga yang program 6 bulan, namanya Credit Earning (CE), kebetulan yang milih program ini cuma 1, yang kebetulan juga temen SMP saya dulu, Robi Kurnia, dia ke Slovakia (update: yang gatau kenapa diperpendek jadi 3 bulan). Programnya sendiri baru tahun kedua dilaksanakan (which is saya ga tau ada program ini tahun kemarin) dimana kemarin bukanya pas bulan Mei 2016 untuk keberangkatan antara Juli-November 2016.
Kenapa bisa tau ada program ini?
Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Line official KM FK Unand yang telah menyebarkan informasi ini di timelinenya (walaupun telat mepet deadline dan gak di broadcast). Asli ini kemaren iseng aja lagi liat-liat timeline di Line, eh ternyata nemu info SM. Kalau pada saat itu saya tidak nge-scroll timeline, mungkin saya tidak akan mendapat kesempatan luar biasa ini. Alhamdulillaah....
Awalnya saya mikir Student Mobility/SM ini program bantuan dana skripsi. Alhasil saya chat lah mimin KM FK Unand, dan ternyata ini bukan bantuan dana skripsi, tapi exchange, 1 bulan !!! Woow, kaget plus excited. Tapi berhubung info tentang program ini minim sekali dan miminnya gatau info lebih lanjut, saya bertanya ke dekanat FK karena surat tembusannya untuk fakultas. Ternyata sama aja, mereka cuma menerima surat tembusan dari Unand dan tidak tau mengenai kelengkapan info program ini. Jadilah saya memberanikan diri sendiri ke International Office Unand yang di lantai 2 gedung rektorat untuk sekedar bertanya tentang programnya. Alasannya simple, karena saya dari dulu ngebet banget exchange, terutama Jepang. Titik.
Orang pertama yang saya temui disana itu Pak Budi dan beberapa ibuk-ibuk lainnya. Dengan sedikit malu, saya bertanya tentang exchange ini. Pak Budi pun nanya :
... dari fakultas mana? kamu mau exchange nya ke negara mana?
... saya dari FK pak, maunya ke Jepang, pak. Syaratnya gimana ya pak?
... Kamu harus punya LoA (red: Letter of Acceptance) dari universitas luar.
... LoA? Cara dapetinnya gimana ya pak?
... Kamu kirim permohonan email ke professor di universitas yang kamu tuju.
Boom... Saya disuruh nge-email professor diluar negeri, which means saya juga harus cari universitasnya sendiri, pilih bidang yang diinginkan sendiri. Njir... Bingung sendiri karena belum pernah nge-email professor, apalagi harus meng-email menggunakan bahasa inggris formal dan santun yang mirip kayak daftar S2 atau S3. Melihat kebingungan saya yang super polos, akhirnya pak Budi ngasih sedikit trik dan cara nge-email professor (terima kasih banyak pak atas tipsnya). Setelah balik dari rektorat, saya langsung ke labkom dan ngeobrak-abrik website-website universitas di Jepang untuk sekedar mendapatkan email seorang professor disana.
Ternyata nyari email professor, universitas dan bidang yang diinginkan itu susah-susah gampang. Akhirnya saya list email-email professor dari berbagai universitas di Jepang yang sedang melakukan riset yang menurut saya cukup sreg untuk dibombardir dengan permohonan kata-kata. Dan tahap selanjutnya yang paling penting adalah membuat email. Karena gaada gambaran mau nulis apa, akhirnya coba searching-searching di google cara bikin permohonan keluar negeri, memodifikasi seadanya contoh-contoh yang ada di internet dan mencoba menuliskannya dalam bentuk word. Sebelumnya sempat nanya-nanya juga ke dosen-dosen di kampus bagaimana cara mendapatkan LoA dari universitas luar seperti dr. Erkadius dan Prof. Fadil. Dan akhirnya pada saat itu dengan modal SUPER NEKAT, saya berhasil mengirimkan email ke 3 professor di 3 universitas yang berbeda dengan topik yang sama semua (Nefrologi = Ilmu tentang ginjal dan saluran kemih), yaitu :
1. Universitas Tokyo
2. Universitas Kyoto
3. Universitas Kobe
Sebenernya agak ga punya otak mencoba daftar ke universitas yang notabenenya TOP banget disana, secara otak pas-pasan dan kemampuan biasa-biasa aja. Saat itu cuma mikir "yo wes dicboa aja, kalo rejeki ntar insya allah bakal dapat juga". DAN FASE MENAKUTKAN DAN MENEGANGKAN SETELAH MENGIRIM EMAIL ADALAH : MENUNGGU BALASAN. Saat itu saya berharap lulus yang di Kyoto, sebab kotanya sangat tradisional, biaya hidup tidak se-fantastis Tokyo dan dekat dengan Osaka sehingga bisalah saya jalan-jalan juga ke Osaka. Harapannya dengan mengambil penerbangan ke Osaka (yang notabenenya lebih murah daripada ke Tokyo), setelah itu menyambung dengan shinkansen (red: kereta super cepat dengan kecepatan sekitar 300km/jam, *ngimpi banget pengen naik ini tapi sampai sekarang belum terwujud, insya allah soon) ke Kyoto dengan harga murah dan durasi waktu yang tidak terlalu lama.
Menunggu itu emang bikin deg-degan. Apalagi dengan deadline yang disediakan dari International Office Unand, saya cuma pasrah antara bisa atau tidak mendapatkan LoA sebelum deadline. Syukur-syukur kalo emailnya dibalas. Kalo di read aja? Atau bahkan ga diread dan diabaikan begitu saja? Wallahualam. Sembari menunggu balasan, saya tetap mencari email professor lain sebagai jaga-jaga kalo di email-email sebelumnya di tolak.
Setelah nge-email universitas yang ketiga, saya masih berniat dan berantusias sangat tinggi untuk mengemail universitas ke-4 di Nagoya University. Tapi pas lagi buka email, ternyata ada inbox! Ada yang balas email saya! and you know what, yang balas ternyata dari UNIVERSITAS TOKYO, tepat pada Kamis malam tanggal 5 Mei 2016 pukul 21.17 WIB. Whaaaat??? Ini asli diluar dugaan. Padahal saya awalnya mikir universitas Tokyo (red: todai) ga bakal balas, lah secara emangnya gue siapa? Ngirim emailnya aja setengah pesimis. Pada saat itu sempat-sempatnya suudzan kalo isi emailnya adalah penolakan. Tapi ternyata, saya diterima. Iya saya diterima. ALHAMDULILLAAH. Masih setengah percaya, saya baca emailnya berulang-ulang dan memahami setiap kata di balasannya, ternyata bener saya diterima. Asli bahagia banget walau bercampur takut apa yang akan terjadi setelah itu, karena di email tersebut saya diminta untuk Skype dengan doski.
Dalam hati "Wew... mau diapain ntar tuh di skype? Ditanya-tanya apaan ntar ya? ditanya-tanya teori? Mampus dah.." Panik, takut, gelisah. Untuk itu saya meminta jadwal skype hari Minggu pagi jam 11.00 waktu Indonesia (ngejelasin di emailnya GMT+7), eh ternyata beliau nge responnya jam 11 waktu Tokyo, itu berarti jam 9 pagi waktu Indonesia saya bakal diwawancara oleh professor. Yo wes tak apalah. Kenapa pilih skypenya nunda 3 hari setelah balasan? Iyap ini dikarenakan hari Jumatnya saya harus pergi nikahan kakak senior di kelompok tutorial ke Pasaman. Dan ternyata saya baru sampai di Padang hari Sabtu jam 11 malam. Waduh, gawat juga soalnya badan sudah terlalu lelah, padahal besok paginya harus wawancara, takut ga kebangun. Tapi alhamdulillaah jam 8 pagi saya sudah sampai dikampus, beli wifi id supaya internetnya ga ngadat pas nge skype (gamau manfaatin wifi kampus, tau sendirilah, kadang sinyalnya oke kadang nauzubillah..wkwkwk).
ON THE DAY OF SKYPE-ING,
Diluar ekspektasi, ternyata skype-nya cuma telepon aja, karena adanya permasalahan teknis dengan versi video. Padahal saya udah ganteng-ganteng pake kemeja loh. Durasi teleponnya sekitar 45 menit. Menegangkan? Iyalah pasti... soalnya ditanya-tanya pake bahasa inggris (yaiyalah, masak bahasa indo). Saya diwawancara beberapa hal oleh professor tadi, dan akhirnya masuk ke tahap apa-apa aja yang harus saya siapkan untuk administrasi disana. Karena saya butuh LoA, maka saya memohon untuk dibuatkan LoA. She said yes dan mengirimkannya pada malam hari. Dalam hal ini saya juga mencoba meminta izin dan keringanan waktu saya untuk sholat terutama pada hari Jumat, dan alhamdulillaah dikasih izin sama professornya (Sebelumnya udah searching juga di google jadwal sholat di Tokyo pada tanggal estimasi).
Satu hal yang saya ingat ketika menanyakan jam kerja saya disana, professor tersebut mengatakan :
....“Actually, we as a researcher are not strict too much with time of work, but if you need it to report to your university, it is okay to tell them from 9 am to 5 pm. But actually people here work from 9 am to 10 pm.”
Baiklah saudara-saudara, sampe jam 10 malam. Sampe jam 5 aja menurut saya udah lumayan tuh capeknya (btw, setau saya, exchange lewat jalur lain seperti melalui salah satu UKM di FK palingan jam kerjanya 4-5 jam doang). Okay I got it, ga masalah mau pulang jam berapa. Malahan saya excited karena bisa mencoba durasi jam kerja Jepang banget. Baik kita masuk ke tahap selanjutnya, melengkapi dokumen-dokumen untuk : universitas tujuan (todai) dan Unand. Pada fase ini menurut saya banyak rintangan yang oke punya.
To be continued to part 2