Kamis, 09 Maret 2017

[PART 2] Miles to TOKYO

Halo... selamat pagi/siang/sore/malam.
Akhirnya nyambung cerita lagi. *standing applause. Kali ini saya akan melanjutkan cerita sebelumnya tentang jepun-jepun an, bagi yang belum baca yuk monggo di cek dulu part 1 disini


[Baru dapat LoA bulan Mei, berangkat Juli ---> cuma tersisa 2 bulan]


(my simple LoA (Letter of Acceptance) but sacred)

Kemarin ceritanya udah dapat LoA, trus ngapain kita lagi? Yap saatnya melengkapi dokumen-dokumen. (horeee...). Tapi tunggu dulu! Jadi pada suatu hari ini jalur exchangenya bersifat Independent alias ‘mandiri’ ga pake bantuan program-programan (yang punya program cuma ngasih duit saja), jadi ini bukanlah part yang menyenangkan. As I said before, kurang menyenangkan karena menurut saya ini adalah fase lumayan ribet, riweuh, bikin panik, bikin pusing, serba mepet, kepepet, kena santet (*bukan-bukan), menguras waktu, tenaga, uang dan lain-lain. Beberapa momen mungkin agak unpredictable dan bikin nyesek, kesel, speechless sendiri (ini terjadi bahkan sampe H-2 berangkat). Tapi alhamdulillaah semua hal di fase itu telah berhasil dilewati (GLORY FACE...hell yeah... :-O) dan terbayarkan pas nyampe di Jepangnya langsung.

 Baiklah saudara-saudara, disini tidak akan menjelaskan semua detail-detail yang harus persiapkan karena menurut saya menjelaskan hal tersebut adalah sesuatu yang membosankan. Wkwkwkwk. Mari kita pilih beberapa hal yang menurut hemat saya sepertinya menarik untuk diperbincangkan. *Hal-hal yang dilengkapin itu tidak hanya ke satu pihak (Unand) saja, tapi juga ke pihak universitas di Jepangnya karena itu menyangkut visa dan hajat hidup anda disana (si Todai nya ga mau kita pake visa pelajar, karena menurut mereka visa pelajar hanya benar-benar untuk mahasiswa, padahal di univ lain boleh pakai visa pelajar, jadi agak beda dan ribet dikit). So, mari membelah diri.


1. PASSPORT

Saya tidak punya passpor, belum pernah keluar negeri! Jadilah saya mengurus pasport keesokan harinya yang notabenenya pagi hari (padahal saya ada kuliah jam 8). Hari senin pagi sekitar jam stengah 6 pagi saya sudah sampai di imigrasi, ternyata kantor imigrasi masih tutup. *Hahaha kerajinan emang, coba aja bisa datang kuliah seniat itu. Ternyata sistem bikin paspor di kantor imigrasi udah beda, ga perlu lagi ngantri dari shubuh macam zaman baheula dulu dan gak bakal di kuota per harinya. Kamu bisa dapetin nomer antrian asalkan ngantri sampe batas waktu jam 10 pagi. Oww sh*t, okelah kita tunggu saja kantornya hingga buka, dan saya akhirnya dapat antrian nomer 3 (oh boy, ain’t nobody came earlier than me?).

Karena saya mengurus ini di blok 3.6 *sistem indra (ini blok ketat, ga boleh cabut kuliah pengantar) dan hari itu hari pertama blok, ketika sedang mengantri tiba-tiba akal sehat saya nyala dan akhirnya memutuskan untuk ke kampus dan membatalkan pembuatan paspor, dengan harapan setelah tutorial jam 11 nanti saya bisa antri lagi (sebelumnya gatau kalo batas ambil antriannya ampe jam 10). Tapi ternyata pas saya balik, tidak bisa lagi ambil nomer antrian karena batas pengambilan nomer antrian sampe pukul 10 pagi. Ah sial. Yo wes besok kesini lagi.

Esoknya hari selasa, saya memutuskan ambil jatah bolos 1 kuliah paling pagi untuk mengurus paspor ini (dipengarahan katanya absen kehadiran minimal 90%...wkkwkwkw, tapi mohon jangan ditiru). Kembali ke prosedur biasa, ambil antrian dan tunggu. Untuk sementara antrian aman, dokumen menurut saya oke sampai akhirnya saya maju untuk memberikan dokumen yang sudah disiapkan. Eh ternyata, ADA DOKUMEN YANG KURANG, yaitu AKTE KELAHIRAN, dan semua dokumen harus bawa versi aslinya. Saya cuma bawa versi fotokopi aja. Ondeh, ngangak bana den. Saat itu jam menunjukkan pukul 8 an, orang imigrasinya bilang jemput ajalah kerumah dulu, dan ambil nomer antrian lagi sebelum jam 10. Alhasil saya buru-buru ngebut pulang ke rumah cuma buat ambil akte asli, memfotokopinya dan buru-buru ke imigrasi lagi untuk memberikannya. Dan thanks god, semuanya kekejar. Selesai melengkapi dokumen dan selesai pulalah foto untuk paspor. Setelah itu saya buru-buru ke kampus untuk mengejar jadwal kuliah selanjutnya.

Endingnya setelah kuliah hari itu selesai, kira-kira sianglah, saatnya membayar tagihan passport ke bank BNI. DONE. Tinggal nunggu siap yang katanya 3 hari selesai, itu berarti Jumat bisa diambil. Namun pada hari Jumat pagi, ternyata passport saya ga bisa diambil. Yang kesel nya itu padahal udah ambil nomer antrian untuk ngambil passport, tapi nomer antriannya dilewatin begitu saja dan si ibuk petugasnya ga ngasih kabar apa-apa. Baru dengan inisiatif sendiri nanya ke ibuknya kok nomer antrian saya ga dipanggil-panggil, sedangkan nomor antrian dibawah saya udah dipanggil duluan. Dan barulah ternyata terungkap kalo nama di passport saya terjadi typo (red: Rikardi Santoso), jadilah passport saya kata mereka dicetak ulang. Sebenernya udah sempat curiga soalnya pas hari Selasa kemarin pada fase berfoto-foto, mereka salah tulis nama saya. Udah saya bilang sama petugasnya kalau nama saya salah, tapi kata bapaknya gapapa. -_-. nambah karajo se ma. 
*Btw nama saya rentan terjadi kesalahan, sebenernya ga sekali terjadi kesalahan penulisan nama, sebelumnya juga sering seperti: Rikardo, Ricardi, santoso, sentosa, sentoso, rikaredi dll. Si ibuk nyuruh balik lagi abis Jumat. Tapi ternyata abis Jumat juga belum selesai passportnya. Passportnya baru bisa diambil hari Senin. D*mn. Ngebuang waktu 4 hari, padahal deadline menunggu. Jadilah akumulasi total saya pergi ke Imigrasi sebanyak 6 kali. GREAT.


2. COE (Certificate of Eligibility)
*red: Surat keterangan yang dibuat oleh Ministry of Justice, Government di Jepang, dikirim dari Jepang dan dipakai sebagai salah satu item untuk pembuatan visa Jepang di negara asal.


Ini adalah sesuatu yang membingungkan awalnya. Professor saya disana berkata kalau saya tidak bisa memakai visa pelajar karena saya hanyalah visitor, bukan mahasiswa disana. Jadilah saya memakai visa bertajuk Cultural Activities. Saya search di internet ternyata pemakaian CoE ini biasanya untuk durasi stay yang lama, seperti berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, saya jadi bingung padahal durasi stay saya tidak sampai 1 bulan. Yo wes kita ikutin aja. Pertama isi formulir, trus kirimkan semua syarat-syaratnya ke professor. Nanti professor disana yang akan mengurus pembuatan CoE hingga mengirimkannya kepada saya di Padang (fyi ternyata pas nyampe Indo CoE nya masuk bea cukai juga wkwkwkw). Dan untuk pertama kalinya saya dikirimkan dan melihat formulir dengan tulisan keriting-keriting semua. Berikut penampakan formulirnya:


Salah satu potongan halaman formulir COE yang keriting-keriting menggemaskan

Hal-hal yang ditanya dalam formulir ini ternyata lumayan unik, seperti: siapa yang bayarin kamu ke Jepang, berapa banyak dibayarinnya, trus bawa uang ke Jepang berapa banyak (dalam yen), dalam cash atau enggak, trus nyampe jepangnya tanggal berapa, masuk dari bandara apa (Haneda atau Narita ... atau lainnya), trus nge-apply visanya di Indo dimana (untuk kawasan padang itu di kedutaan Medan), pernah ke Jepang gak sebelumnya, pernah dideportasi gak, dan lain-lain. Setelah mengisi formulir dan mengirimkan semua syarat-syaratnya dalam bentuk scan (which is pada saat itu kerjaan saya bolak-balik pergi scan, edit ini edit itu, kirim email, cek email, lengkapin yang masih kurang dll), saatnya menunggu kedatangan CoE. Professornya bilang biasanya selesai dalam 3-6 minggu (makanya disuruh cepet ngurusnya, apalagi syaratnya kemaren harus ada scan passport, soalnya mepet kan dengan jadwal berangkat, biar visanya cepat diurus).

Asli deg-degan nunggu CoE yang satu ini. Selama menunggu CoE saya tidak bisa ngapa-ngapain kecuali ngurus kelengkapan dokumen ke Unand. Belum bisa ngurus visa tanpa CoE, berarti belum bisa beli tiket pesawat. Harapan saya saat itu cuma satu, semoga CoE nya selesai dalam 3 minggu dan segera dikirimkan ke Padang. Seapes-apesnya 4 minggu deh jangan lama-lama. Menunggu... Menunggu.. dan alhamdulillaah dalam 3 minggu selesai, gercep lah Jepang ni. Dalam 4 hari akhirnya CoE saya sampai.... HOREEE.... first time dapat kiriman langsung dari luar negeri dengan bubuhan tulisan keriting-keriting di map bagian luarnya


Penampakan COE yang dikirim dari Jepun, ntar diambil lagi sama orang Imigrasi pas nyampe bandara di Jepang

Fyi CoE saya tertulis untuk 3 bulan dan berlaku hingga Oktober 2016. Itu berarti saya berhak mengajukan visa stay selama 3 bulan wohohoho #namunapalahdaya. CoE ini nantinya dibawa ke kedubes untuk pembuatan visa bersama passport dan nanti pas berangkat ke jepang COE tadi juga dibawa untuk nantinya diserahkan ke bagian Imigrasi di Jepang. Dan saat yang ditunggu-tunggu, NGURUS VISA.


3. VISA

Ini adalah salah satu fase paling greget yang bikin adrenalin dan emosi saya meningkat pada saat mengurusnya. Dikarenakan saya menetap di kota Padang yang notabenenya bukanlah kota besar dan tidak memiliki satupun kedubes, jadilah pembuatan visa dilakukan di kota tetangga, yaitu MEDAN. Dan untungnya saja pengurusan passport untuk kawasan Asia bisa dilakukan cukup lewat travel agent di Padang, ga harus ke kedubes langsung, jadi bisa menghemat biaya. Jadilah saya mencari travel agent yang cocok untuk itu. Bermodal dari saran-saran dari teman dan senior yang pernah ke Jepang, mereka menyarankan bikinnya di E*** tour yang ada di depan PA. Setelah di cek kesana, ternyata harga bikinnya ngagetin yaitu 700 ribu. WEW. *Harga asli bikin di kedubes langsung saya cek di web kbri jepang cuma 330 ribu, dan kalau masih berstatus S1, bisa free..... Apalagi dia mensyaratkan harus punya rekening koran senilai minimal 50 juta. Wadeuh. Alhasil saya coba lah survey ke tempat lain, manatau bisa dapet yang lebih murah dengan syarat yang ga ribet-ribet banget.

Sempat survey ke E## tour yang deket smandu, ternyata minimal rekening korannya 60 juta. Dan survei ketiga itu ke T* Travel yang di depan PA juga tapi yang diujung jalan dekat simpang empat, ternyata disana syaratnya ga terlalu ribet (setelah dengar penjelasan pegawainya). Salah satunya cukup bukti deposit hanya sebesar 30 juta (catat : dia bilang bukan rekening koran yaaa...). Jadilah saya memutuskan membuat visa disana. Tapi ternyata putusan saya membuat visa disana sepertinya hal yang mengerikan. Ketika saya menyerahkan syarat-syarat yang dibutuhkan yang sesuai dengan penjelasan pegawai disana, tiba-tiba pegawai yang menerima berkas-berkas saya (pegawai yang berbeda) mengatakan berkas yang harus diberikan bukan seperti itu dan kurang lengkap. D@MN IT. Ini udah bulan Juni mau akhir loh. Padahal saya udah kesana 2 kali, dan mendapatkan penjelasan yang sama dari pegawainya (pegawai lain lagi). KOK BISA BEDA PEMAHAMAN SIH SESAMA PEGAWAI SENDIRI. Salah satu yang paling beda nya adalah tetap harus ada rekening koran minimal 50 juta. *Why didn’t you tell it before, dude! Panik dong pasti. Akhirnya dia nyaranin pake rekening koran dosen atau rekening koran Unand, tapi tetap harus melampirkan surat keterangan mahasiswa dan surat keterangan mengikuti SM dengan tandatangan dari rektorat, gabisa surat keterangan dari dekanat fakultas aja.

Saya akhirnya mencoba meminta rekening koran ke rektorat sekaligus juga minta tandatangan wakil rektor 3. Awalnya orang rektoratnya bingung, trus akhirnya ngasih kertas tanda jumlah saldo dari rekening unand. Yaudah karena saya ga ngerti kayak apa rekening koran Unand, akhirnya saya bawa lagi berkas yang diberikan orang rektorat tadi ke travel agent. DAN TERNYATA SALAH. Astaga, berarti harus balik lagi ke Limau Manis buat ngurus (semakin terasa bahwa jarak limau manis-pusat kota itu jauh!). Setelah beribet-ribet di Limau Manis, akhirnya dapet juga rekening koran walaupun dikirimin ke WA. Ya dikirim ke WA, dan bapak pengirimnya benar-benar mewanti-wanti saya untuk tidak menyebarkan ataupun menyalahgunakan rekening koran tersebut.

Saat itu juga udah dapat tandatangan wakil rektor 3. Ada hal yang unik waktu minta ttd WR 3, jadi pada tembusan suratnya salah tulis ‘englishnya’ (menurut versi tu bapak, menurut saya sih benar, ya emang sih pake format surat yang lama pas WR 3 nya beda, lupa nulis apa waktu itu), jadilah saya harus beburu pergi ngeprint turun ke arah pasar baru lagi. Tapi untunglah bapaknya welcome mau nungguin walau udah hampir jam stengah 4 (lagi bulan puasa), dan pas didalam ruangan bapaknya ngajakin bercanda dan ngomong-ngomong pake bahasa jepang yang saya tak paham apa maksudnya. Bahkan bapaknya sempat cerita kalau dia pernah tinggal di jepang dan anaknya ada di FK juga, lupa angkatan berapa, 2010 mungkin.

Kembali lagi ke travel agent. Kasih berkas, dan dapat kabar luar biasa meremukkan dari pihak travelnya setelah nelpon orang kedubes, ternyataaaa....... hari itu hari terakhir penerimaan berkas oleh kedubes untuk pembuatan visa, soalnya bentar lagi mau lebaran dan kedubes mau libur. Saya ingat waktu itu tanggal 28 Juni. Orang kedubesnya baru bisa nerima berkas lagi setelah lebaran, tanggal 11 Juli 2016. Itu berarti off selama 2 minggu. YA ALLAH PADAHAL BERKAS SAYA MASIH DIPADANG DAN BERANGKAT TANGGAL 14 Juli 2016. Belum lagi harus dikirim dulu ke Medan, mana sekarang lagi rame-ramenya orang make JNE pas akhir puasa ini. Ya salah saya juga sih kenapa ngurusnya mepet-mepet gini. Tapi ya mau gimana lagi, keadaan memaksa saya, apalagi karena menunggu CoE yang lumayan ngabisin waktu. Setelah itu teman saya coba telfon sendiri lagi ke kedubes di Medan untuk menanyakan apakah benar hari itu hari terakhir penerimaan berkas. Dan Benar ternyata. Zzzzzzzzzzzz........ Saat itu rasanya pengen beli tiket pesawat langsung ke Medan dan pergi ke kedubesnya buat nyerahin sendiri semua berkas buat visanya.

Saya saat itu gatau mau ngomong apalagi. Speechless, lemes sendiri, gatau mau ngapain lagi. Kecewa dengan pihak travel agentnya, kenapa gak dari dulu syarat-syarat yang bener tadi dikasih tau. Kenapa sesama pegawai aja tingkat pemahaman akan pengurusan visa ini berbeda-beda. Ingin rasanya saat itu menjadi penduduk kota besar seperti Jakarta atau Medan, sehingga kalo mau ngurus-ngurus visa gaperlu beribet-ribet dengan travel agent, cukup urus ke kedubes langsung di kota itu. Akhirnya saya memutuskan meng-email kembali professor saya dan menjelaskan kepadanya kalau ada permasalahan pada pembuatan visa dan saya meminta jadwal mulai saya disana diundur jadi antara tanggal 18-25 Juli 2016. Untungnya professornya baik. Tapi ternyata pihak travelnya juga pake acara libur lebaran sampe tanggal 10 Juli, which means berkas saya ga bisa sampe tanggal 11 di Medan. Padahal butuh waktu 2 hari loh buat ngirim dari Padang ke Medan (katanya).

Yaudah untuk kali ini sabar aja, tunggu tanggal 11 Juli (Senin). Pas tanggal 11 saya kasih semua berkasnya. Trus saya ingat banget kata pegawainya waktu itu kalo yang CoE cukup yang fotokopinya aja yang dikirim ke Medan, yang asli disimpan aja. Agak curiga sih, sampe akhirnya saya cek lagi website kedubes. Ternyata di web katanya yang asli juga dilampirkan. Trus akhirnya saya kasih aja pada hari Senin itu CoE asli saya buat jaga-jaga. Jadi disimpen dulu di kantor travelnya. Dan si pihak travelnya dapat telpon dari Medan ternyata BENAR KALAU EMANG HARUS ADA COE ASLI YANG DILAMPIRKAN. Aduh ini kok travel agent gak kredibel banget sih. Masak buat hal-hal pengurusan visa begini mereka ga tau! Visa Jepang pula which is visa yang banyak dibikin sama orang indo. Emosi berat saya waktu itu. Berarti kan syarat saya baru lengkap kamis dan visa mungkin selesai Senin kan (4 hari kerja, hari kerja terhitung dari hari terima berkas). GILA ntar nyampe Padangnya kapan ha!!! Jadilah itu CoE baru dikirim lagi ke Medan hari Selasa. Saya ga tau apakah mereka pake orang dalam atau apa tapi mereka tetap menjanjikan hari Jumat visa selesai dan kemungkinan Sabtu atau Minggu bisa nyampe Padang.

Oke pas hari Jumat (15 Juli) visanya sudah selesai. Mereka bilang bakal dikirimin pake paket ekspress dan bakal nyampe padang hari Sabtu sore. Udah hari sabtu ga juga nyampe. Hari minggu juga masih belum nyampe. Hari senin pagi saya hubungin lagi masih belum nyampe. Waduh gregetan sendiri ama ni travel. Sampe akhirnya Senin siang saya dapat SMS dan WA dari pegawainya kalau visanya sudah sampai di travel agentnya dan bisa diambil sorenya. Alhamdulillaaah...... saat itu saya bisa sedikit bernapas lega. Itu berarti saya bisa ambil flight hari Rabu, 20 Juli 2016. Setelah mendengar info tersebut, saya beburu beli tiket pesawat. GILA EMANG, baru beli tiket pesawat H-2, mana destinasinya luar negeri pula, saat itu saya pasrah aja dengan harga tiket yang bakal ditawarkan.

Pertama beli tiket Padang-Kualalumpur. Senin pagi udah sempet cek Travel*k* kalo harga tiketnya udah menaik-naik. Pokoknya udah diatas sejuta. 1,2juta, trus 1,3 juta, trus 1,5 juta. Pas di 1,5 juta saya segera beli karena takut harganya naik lagi secara kurang ajar, ternyata pada saat saya mengisi data penumpang tiba-tiba ada notifikasi dari airlinenya kalau harga tiket berubah jadi total 1,7 juta. Dan inilah dia, saya mendapatkan tiket AirAsia untuk keberangkatan pagi dengan harga 1,7 juta hanya utk PDG-KUL yang cuma 1 jam an doang. OH GOSH F**K*NG EXPENSIVE! Untuk tiket KL-Tokyo belum dibeli. Gatau feeling aja bilang jangan beli dulu. .... Tunggu sampai apa yang akan terjadi berikutnya. Sebenernya kemarin juga ada opsi kedua sih pilih terbang lewat Jakarta, tapi ternyata harga tiket PDG-CGK sama aja mahal dan tiket CGK-Tokyo bernilai lebih fantastis (harga yang termurahnya harus transit ke Hong Kong) ketimbang lewat KL (direct flight tanpa transit). Dan satu lagi buat yang nanya kenapa gak naik maskapai biru kebanggaan Indonesia, well sebenernya mau sih, tapi justru harga tiketnya musuhan banget sama dompet (*mahasiswa mode on teteup).

Tiba-tiba setelah beli tiket PDG-KUL, teman saya yang juga ke Jepang dapat telpon dari orang travel agentnya kalau VISANYA SALAH. Cuma kebikin 15 hari, bukan 30 hari. TOOOOOOOOOOOOTTTTTTTT..................... aduh mbak ini orang baru beli tiket loh....piye iki. Yes lengkaplah masalah yang ada. Begitupula lengkaplah kekecewaan terhadap pihak travel agent yang satu ini.

.....to be continued to part 3

Sabtu, 12 November 2016

[PART 1] Miles to TOKYO



Rabu, 20 Juli 2016, sekitar pukul 23.20 waktu setempat Malaysia,

To all passengers... due to some technical problem, we are very sorry that we will be delay to depart to Tokyo for about 30 minutes....


    Kira-kira seperti itulah pengumuman yang disampaikan kapten pesawat Japan Airlines pada malam Kamis di bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) 1. Sebuah pengumuman yang akan mengantarkan seorang anak innocent untuk mencoba bernapas di sisi planet bumi yang berbeda. Sebuah pengalaman yang akan membawa saya ke negeri yang sudah lama saya impikan. Here we go : Tokyo, Japan.

...Eh ke Jepang?
...Ngapain kesana?
...Jalan-jalan?
...atau AIESEC?
...Ooo, exchange SCORE CIMSA?

Diatas merupakan beberapa contoh pertanyaan super-mainstream yang sempat dilontarkan oleh beberapa orang kepada saya ketika check in path untuk pertama kalinya di Narita International Airport Jepang dan update foto Tokyo Tower di Instagram (Narsis teteup). Mungkin agak sedikit aneh kenapa orang seperti saya tiba-tiba nyampe disana. Beberapa mungkin ada yg mikir hape saya dibajak, path saya error, bahkan ketika saya upload foto saya pas di KLIA di Line kelompok tutorial, ada yang mengira saya nyatut gambarnya dari google trus diedit pakai aplikasi photoshop. -_-

Hmm aku bisa jelaskan.

Perjalanan saya ke Jepang kemarin itu adalah bentuk dari program Student Mobility (SM). Terdengar asing? Ya, sama... saya juga, pada awalnya. Jadi ini adalah kerjaannya (red:program) Internasional Office Unand berupa exchange selama 1 bulan keluar negeri. Sebenernya ada juga yang program 6 bulan, namanya Credit Earning (CE), kebetulan yang milih program ini cuma 1, yang kebetulan juga temen SMP saya dulu, Robi Kurnia, dia ke Slovakia (update: yang gatau kenapa diperpendek jadi 3 bulan). Programnya sendiri baru tahun kedua dilaksanakan (which is saya ga tau ada program ini tahun kemarin) dimana kemarin bukanya pas bulan Mei 2016 untuk keberangkatan antara Juli-November 2016.

Kenapa bisa tau ada program ini?

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Line official KM FK Unand yang telah menyebarkan informasi ini di timelinenya (walaupun telat mepet deadline dan gak di broadcast). Asli ini kemaren iseng aja lagi liat-liat timeline di Line, eh ternyata nemu info SM. Kalau pada saat itu saya tidak nge-scroll timeline, mungkin saya tidak akan mendapat kesempatan luar biasa ini. Alhamdulillaah....

Awalnya saya mikir Student Mobility/SM ini program bantuan dana skripsi. Alhasil saya chat lah mimin KM FK Unand, dan ternyata ini bukan bantuan dana skripsi, tapi exchange, 1 bulan !!! Woow, kaget plus excited. Tapi berhubung info tentang program ini minim sekali dan miminnya gatau info lebih lanjut, saya bertanya ke dekanat FK karena surat tembusannya untuk fakultas. Ternyata sama aja, mereka cuma menerima surat tembusan dari Unand dan tidak tau mengenai kelengkapan info program ini. Jadilah saya memberanikan diri sendiri ke International Office Unand yang di lantai 2 gedung rektorat untuk sekedar bertanya tentang programnya. Alasannya simple, karena saya dari dulu ngebet banget exchange, terutama Jepang. Titik.

Orang pertama yang saya temui disana itu Pak Budi dan beberapa ibuk-ibuk lainnya. Dengan sedikit malu, saya bertanya tentang exchange ini. Pak Budi pun nanya :

... dari fakultas mana? kamu mau exchange nya ke negara mana?
... saya dari FK pak, maunya ke Jepang, pak. Syaratnya gimana ya pak?
... Kamu harus punya LoA (red: Letter of Acceptance) dari universitas luar.
... LoA? Cara dapetinnya gimana ya pak?
... Kamu kirim permohonan email ke professor di universitas yang kamu tuju.

Boom... Saya disuruh nge-email professor diluar negeri, which means saya juga harus cari universitasnya sendiri, pilih bidang yang diinginkan sendiri. Njir... Bingung sendiri karena belum pernah nge-email professor, apalagi harus meng-email menggunakan bahasa inggris formal dan santun yang mirip kayak daftar S2 atau S3. Melihat kebingungan saya yang super polos, akhirnya pak Budi ngasih sedikit trik dan cara nge-email professor (terima kasih banyak pak atas tipsnya). Setelah balik dari rektorat, saya langsung ke labkom dan ngeobrak-abrik website-website universitas di Jepang untuk sekedar mendapatkan email seorang professor disana.

Ternyata nyari email professor, universitas dan bidang yang diinginkan itu susah-susah gampang. Akhirnya saya list email-email professor dari berbagai universitas di Jepang yang sedang melakukan riset yang menurut saya cukup sreg untuk dibombardir dengan permohonan kata-kata. Dan tahap selanjutnya yang paling penting adalah membuat email. Karena gaada gambaran mau nulis apa, akhirnya coba searching-searching di google cara bikin permohonan keluar negeri, memodifikasi seadanya contoh-contoh yang ada di internet dan mencoba menuliskannya dalam bentuk word. Sebelumnya sempat nanya-nanya juga ke dosen-dosen di kampus bagaimana cara mendapatkan LoA dari universitas luar seperti dr. Erkadius dan Prof. Fadil. Dan akhirnya pada saat itu dengan modal SUPER NEKAT, saya berhasil mengirimkan email ke 3 professor di 3 universitas yang berbeda dengan topik yang sama semua (Nefrologi = Ilmu tentang ginjal dan saluran kemih), yaitu :

1. Universitas Tokyo
2. Universitas Kyoto
3. Universitas Kobe

Sebenernya agak ga punya otak mencoba daftar ke universitas yang notabenenya TOP banget disana, secara otak pas-pasan dan kemampuan biasa-biasa aja. Saat itu cuma mikir "yo wes dicboa aja, kalo rejeki ntar insya allah bakal dapat juga". DAN FASE MENAKUTKAN DAN MENEGANGKAN SETELAH MENGIRIM EMAIL ADALAH : MENUNGGU BALASAN. Saat itu saya berharap lulus yang di Kyoto, sebab kotanya sangat tradisional, biaya hidup tidak se-fantastis Tokyo dan dekat dengan Osaka sehingga bisalah saya jalan-jalan juga ke Osaka. Harapannya dengan mengambil penerbangan ke Osaka (yang notabenenya lebih murah daripada ke Tokyo), setelah itu menyambung dengan shinkansen (red: kereta super cepat dengan kecepatan sekitar 300km/jam, *ngimpi banget pengen naik ini tapi sampai sekarang belum terwujud, insya allah soon) ke Kyoto dengan harga murah dan durasi waktu yang tidak terlalu lama.

Menunggu itu emang bikin deg-degan. Apalagi dengan deadline yang disediakan dari International Office Unand, saya cuma pasrah antara bisa atau tidak mendapatkan LoA sebelum deadline. Syukur-syukur kalo emailnya dibalas. Kalo di read aja? Atau bahkan ga diread dan diabaikan begitu saja? Wallahualam. Sembari menunggu balasan, saya tetap mencari email professor lain sebagai jaga-jaga kalo di email-email sebelumnya di tolak. 

Setelah nge-email universitas yang ketiga, saya masih berniat dan berantusias sangat tinggi untuk mengemail universitas ke-4 di Nagoya University. Tapi pas lagi buka email, ternyata ada inbox! Ada yang balas email saya! and you know what, yang balas ternyata dari UNIVERSITAS TOKYO, tepat pada Kamis malam tanggal 5 Mei 2016 pukul 21.17 WIB. Whaaaat??? Ini asli diluar dugaan. Padahal saya awalnya mikir universitas Tokyo (red: todai) ga bakal balas, lah secara emangnya gue siapa? Ngirim emailnya aja setengah pesimis. Pada saat itu sempat-sempatnya suudzan kalo isi emailnya adalah penolakan. Tapi ternyata, saya diterima. Iya saya diterima.  ALHAMDULILLAAH. Masih setengah percaya, saya baca emailnya berulang-ulang dan memahami setiap kata di balasannya, ternyata bener saya diterima. Asli bahagia banget walau bercampur takut apa yang akan terjadi setelah itu, karena di email tersebut saya diminta untuk Skype dengan doski.

Dalam hati "Wew... mau diapain ntar tuh di skype? Ditanya-tanya apaan ntar ya? ditanya-tanya teori? Mampus dah.." Panik, takut, gelisah. Untuk itu saya meminta jadwal skype hari Minggu pagi jam 11.00 waktu Indonesia (ngejelasin di emailnya GMT+7), eh ternyata beliau nge responnya jam 11 waktu Tokyo, itu berarti jam 9 pagi waktu Indonesia saya bakal diwawancara oleh professor. Yo wes tak apalah. Kenapa pilih skypenya nunda 3 hari setelah balasan? Iyap ini dikarenakan hari Jumatnya saya harus pergi nikahan kakak senior di kelompok tutorial ke Pasaman. Dan ternyata saya baru sampai di Padang hari Sabtu jam 11 malam. Waduh, gawat juga soalnya badan sudah terlalu lelah, padahal besok paginya harus wawancara, takut ga kebangun. Tapi alhamdulillaah jam 8 pagi saya sudah sampai dikampus, beli wifi id supaya internetnya ga ngadat pas nge skype (gamau manfaatin wifi kampus, tau sendirilah, kadang sinyalnya oke kadang nauzubillah..wkwkwk).

ON THE DAY OF SKYPE-ING,

Diluar ekspektasi, ternyata skype-nya cuma telepon aja, karena adanya permasalahan teknis dengan versi video. Padahal saya udah ganteng-ganteng pake kemeja loh. Durasi teleponnya sekitar 45 menit. Menegangkan? Iyalah pasti... soalnya ditanya-tanya pake bahasa inggris (yaiyalah, masak bahasa indo). Saya diwawancara beberapa hal oleh professor tadi, dan akhirnya masuk ke tahap apa-apa aja yang harus saya siapkan untuk administrasi disana. Karena saya butuh LoA, maka saya memohon untuk dibuatkan LoA. She said yes dan mengirimkannya pada malam hari. Dalam hal ini saya juga mencoba meminta izin dan keringanan waktu saya untuk sholat terutama pada hari Jumat, dan alhamdulillaah dikasih izin sama professornya (Sebelumnya udah searching juga di google jadwal sholat di Tokyo pada tanggal estimasi).

Satu hal yang saya ingat ketika menanyakan jam kerja saya disana, professor tersebut mengatakan :

....“Actually, we as a researcher are not strict too much with time of work, but if you need it to report to your university, it is okay to tell them from 9 am to 5 pm. But actually people here work from 9 am to 10 pm.”

Baiklah saudara-saudara, sampe jam 10 malam. Sampe jam 5 aja menurut saya udah lumayan tuh capeknya (btw, setau saya, exchange lewat jalur lain seperti melalui salah satu UKM di FK palingan jam kerjanya 4-5 jam doang). Okay I got it, ga masalah mau pulang jam berapa. Malahan saya excited karena bisa mencoba durasi jam kerja Jepang banget. Baik kita masuk ke tahap selanjutnya, melengkapi dokumen-dokumen untuk : universitas tujuan (todai) dan Unand. Pada fase ini menurut saya banyak rintangan yang oke punya.


To be continued to part 2

Sabtu, 28 November 2015

Yuk, Kenalan dulu.... part 2


       Halo lagi readers of my blog. Wah udah lama ya gak nge-post sejak postingan terakhir. Ya, vakum selama 4 bulan lebih. (*bukan vakum sih, sebut saja lagi malas aja buat nulis <--- ALERT !! Jangan ditiru). Oke kali ini saya akan lanjutkan postingan mengenai “Yuk Kenalan Dulu” yang sempat dipost pada bulan Juli 2015 lalu, buat yang belum sempat baca bisa klik disini.

...............

       Saya tinggal di daerah Tabing tepatnya di kawasan Asramahaji. Kalau kata orang, jarak antara Tabing dengan Jati itu lumayan jauh (indeed), apalagi kalau ke Limau Manis. But, walaupun agak jauh, daerahnya GAK PELOSOK ya... (buktinya akses transportasi umumnya aja masih ada sampe jam 10 malem [red:angkot], bandingkan dengan akses ke tempat lain). Dengan menggunakan transportasi umum, butuh waktu kurang lebih 25 menit untuk mencapai kampus Jati dari rumah saya. 


APA ??? 
25 menit ? 
Serius?
Ah, itu mah gak lama 
Lebay lo kardi..


Memang sih gak lama, tapi FAKTANYA, yang namanya jalanan biasanya (sering malahan) melibatkan faktor predisposisi berikut :

A. Faktor macet => macet disini masih kalah kalau dibandingkan dengan kota Jakarta. Tapi entah kenapa menurut saya, IMHO, dari tahun ke tahun makin parah. Dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta orang, pertumbuhan jumlah kendaraan tidaklah sebanding dengan pertumbuhan jumlah jalanan di kota Padang. Alhasil di kota yang kecil ini sering timbul kemacetan.

Adapun list daerah macet dari rumah ke kampus menurut versi WHO (Waham Halusinasi Otak) saya ---> gak selalu :


1. Tunggul Hitam - Jembatan Basko => ini yang paling PARAH. kalo ini mah dari jaman saya masih kecil macam fetus mah udah macet, cuma berasa makin parah aja.
2. Simpang Presiden - SD Al Azhar
3. Depan Masjid Raya, terutama kalo misalnya ada event gitu disini seperti Acara Majelis Ta’lim besar, Ceramah bersama Ustad luar dst, => titik macet baru, paling sering hari Jum’at
4. Depan Telkom - GOR - Simpang lampu merah Halte BTN

*Sebenernya masih banyak lagi daerah macet di kota Padang yang tidak bisa disebutkan satu per satu.


B. Faktor waktu = Rush Hour = Peak time = Jam Sibuk, seperti jam 06.15-08.00 (arah pasar), 13.00-15.00 (arah pasar, kadang plus arah lubuk buaya), 16.00-19.00 (arah lubuk buaya).

C. Faktor Cuaca seperti hujan.

D. Faktor Lain seperti : kecelakaan, pohon tumbang, mobil mogok, orang demo, kucing kawin ditengah jalan, beruang lepas dari kandang, dsb.


       Biasanya kalo lagi ada faktor-faktor diatas di perjalanan, waktu tempuh biasanya sekitar 35-55 menit. Tapi pernah rekor sampe 1,5 jam di perjalanan dari kampus ke rumah (efek antrian BBM pas harga BBM naik gila-gilaan pada akhir 2014 lalu, thanks to Mr.President).

Mungkin ada yang bertanya transportasi umum seperti apa yang saya gunakan. Ada beberapa opsi yang bisa dipakai dalam hal ini :
1. Trans Padang, berhenti di halte Korem, + jalan kaki / naik angkot di jalan Abdul Muis (red:jalan taduah). Atau kalau lagi mepet bisa lanjut naik ojek dari halte korem ke kampus.

Trans Padang Koridor 1 jurusan Batas Kota-Pasar Raya

New Sign of Trans Padang (IORA)

pemandangan mainstream kalo lagi peak hour, overload capacity, dipadet-padetin kayak gini


2. Naik Angkot, turun di simpang lampu merah deket Mc.D*nald, + jalan kaki hingga simpang KFC A.Yani + naik angkot jurusan balai baru (warna hijau) / angkot jurusan ampang (warna ungu).

bentuk angkot di padang



interior angkot padang



3. Naik kereta api. Mungkin agak sedikit aneh walau sebenernya waktu tempuh yang di pakai lebih cepat dari opsi diatas. Cuma karena ribet harus nyambung-nyambung angkot dari dan ke stasiun, ya ujung-ujungnya lama juga. Maka opsi ini bisa diabaikan.


4. NEBENG. Opsi paling indah yang pernah ada. Terpujilah engkau wahai para pemberi tebengan.




Kenapa sih gak bawa motor aja? Kan lebih hemat dan ga ribet. 

        Ini adalah pertanyaan paling mainstream yang sering banget ditanyakan pada saya. Anyway there are some reasons why i don’t bring motorcycle. Bukan berarti saya gabisa bawa motor ya. Tapi untuk saya yang jarang banget olahraga, naik angkutan umum bisa sedikit menggantikan olahraga karena membuat saya lebih banyak berjalan. Selain itu, ga bawa kendaraan pribadi menurut saya sedikit lebih mengajari kita untuk ga terlalu manja sama fasilitas. Lagian saya juga sering pulang sore dan malam hari sehingga rentan banget untuk ngantuk di perjalanan. Kan bahaya juga. Kalo di bis/angkot kan bisa molor dulu sekejap (selain copet, AWAS juga jangan sampai bablas, ntar kelewatan dan ujung-ujungnya repot sendiri)


        But kadang mengandalkan transportasi umum juga banyak risikonya. Salah satunya kalo kamu telat bangun buat ke kampus. Kalau bawa kendaraan pribadi mah tinggal ngebut aja, kalo naik angkot ??? Belum waktu buat nunggu transportasinya, trus transit berganti angkot, trus jalan lagi dari gerbang kampus ke gedung kuliah, wah telat mampus dah kalo gitu. Itu belum termasuk KEPANIKAN pas di jalan ya, apalagi tau-taunya pas nyampe kampus ga dibolehin masuk ruang kuliah, wah great banget hari lo. ZONK.


      Okedeh, mungkin untuk perkenalan cukup sampai disini saja dulu. Simak terus blog ini ya.... Semoga tidak bosan dan tetap memuaskan... Hehehehehe



Sabtu, 28 November 2015 pukul 23.30 WIB. Padang.
*Mahasiswa semester 5

Rabu, 08 Juli 2015

Yuk Kenalan Dulu.. part1




Assalaamu'alaikum....



          Halo... 


                    Holla..

                              Moshimosi...


       Perkenalkan nama saya Rikardi Santosa, bisa dipanggil kardi. Dilahirkan di Padang pada 22 Juni 1995, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kota Jakarta. Sayangnya hari besar bagi rakyat Jakarta tersebut tidak memberikan dampak apa-apa bagi saya, unless saya orang Jakarta dan juga berdomisili disana. Usia saya sekarang (Juli 2015) 20 tahun (baca: "2.0 [two point oh] years old").... Yoi boss, udah kepala dua, hehehe...tapi tingkah masih bocah aja nih. 

       Saya asli Padang, menjajaki hidup dari masa embrio di Padang, sekarang kuliah di Padang dan otomatis pastinya MASIH tinggal di Padang. :-| Nasib.... kapankah diriku kan merantau menatap dunia luar ??? Saya kuliah Unand {Universitas Andalas}, jurusan Pendidikan Dokter (Pendok) yang berada dibawah naungan Fakultas Kedokteran. Alasan kenapa pilih pendok unand ? kita bahas nanti di posting selanjutnya.. Oh ya fyi buat yang belum tau, kalo FK Unand itu jurusannya gak cuma Pendok aja, tapi juga ada jurusan Psikologi ama Kebidanan.

      Lokasi utama Universitas andalas a.k.a Unand itu di Limau Manis, pengecualian untuk jurusan Pendok, Kesmas, kebidanan, dan kedokteran gigi. Oh ya ekonomi juga (kalo gak salah yg masternya). Untuk Pendok dan Kesmas itu lokasi kuliahnya di Jati, sama dengan FKG dan ekonomi (master), cuma dipisahkan beberapa ratus meter aja. Sedangkan kebidanan di daerah Pondok. Namun semenjak angkatan 2013 menyerang, aktivitas perkuliahan jurusan Pendok diadakan di dua tempat, yakni Jati dan Limau Manis.


Dan apesnya saya angkatan 2013.. Hahaha GREAT !!!

Yo yo @META13OLIC. <=== nama angkatan



Ini nih Logo Angkatannya




Ini Foto Angkatan 2013 pas MFAF, seangkatan 320 orang menjadikan angkatan 2013 sebagai mahasiswa terbanyak di FK Unand
*foto dikutip dari sebuah blog yang saya temukan di google, terima kasih atas fotonya.



Tak ketinggalan....

BP. 1310311094 ---> buka lapak (daripada promosiin nomer hp, mendingan nomer BP)


      Buat yang masih bingung beda daerah Jati ama Limau Manis itu seperti apa, analoginya seperti ini. Anggap aja Jati itu Jakarta dan Limau Manis itu Bekasi. Kebayang kan jauhnya. Harus pake pesawat antariksa dulu buat kesana (oke, ini garing). Sebenernya Jati dan Limau Manis itu masih dalam satu kota kok, cuma ya lokasi antara mereka berdua yang cukup jauh. LDR kali ya. Yang satu lokasinya di tengah kota, yang satu lagi di pinggir/perbatasan kota Padang. But anyway lokasi Unand yang limau manis itu sebenernya asli keren banget. Beda banget ama daerah Jati yang sumpek, panas, jalannya sempit dan sering banget macet. Letaknya di perbukitan itu membuat lingkungan Unand tampak asri dan hijau. Yaa cocoklah kalo si doi ini disebut Green campus. Oh ya kuliah di Limau Manis itu kita juga bisa lihat view kota Padang secara keseluruhan. Apalagi kalo yang di deket FK, kita bisa melihat view Pabrik Semen di Indarung. Keren lah poko’ e. Gedung-gedung kuliah disana juga khas, tersusun dari batu-batu kerikil gitu di dinding nya. Jadi gedung-gedung disana gak perlu lagi di cat. Kekurangannya cuma satu, LOKASINYA JAUH BANGET DARI PUSAT KOTA. Tapi itu menjadi ciri khas tersendiri bagi Unand.


      For your information, kampus FK Unand itu sebenernya emang ada 2, yaitu di Jati ama Limau Manis. Ada rencana memang buat mindahin semua aktivitas perkuliahan di Jati ke daerah Limau Manis. Kalo diliat sih bentuk umum gedung FK Unand yang di Limau Manis itu udah selesai gitu, tapi kalo dilihat dari dalam masih belumlah pokoknya. Masih ada beberapa bagian yang perlu dibenahi. Tapi daripada itu gedung nganggur, akhirnya di pake buat aktivitas perkuliahan. Hmm lebih tepatnya yang dipake disana itu gedung bagian dekanat nya, bukan gedung kuliahnya dikarenakan belum siap. Disana (red:FK Limau Manis) itu lagi dibangun juga Rumah Sakit Pendidikan juga.


      Awal-awal masuk FK dulu dalam sehari kadang bisa kuliah di 2 tempat sekaligus. Limau Manis pada pagi hari dan Jati pada siang hari. Rada ribet emang. Tapi tenang, kuliah disana (red:Bekasi => bentar lagi ditimpuk ama warga Bekasi :-D) itu cuma buat tahun 1 aja. Dengan menuanya angkatan 2013, kami tidak lagi kuliah di Limau Manis dan jatah kuliah di sana diberikan ke angkatan termuda. Gak tau juga ntar ada perubahan peraturan lagi seperti yang terjadi pada blok 2.3 kemarin. <== Konspirasi Dekanat.

      Oke, kembali ke perkenalan. Saya tinggal di daerah Tabing, tepatnya di kawasan Asramahaji Padang, Lumayan jauh dari kampus. Ya, L.u.m.a.y.a.n. Alur pendidikan saya dimulai dari :
1. TK Amal Muslimin, 
2. kemudian berlanjut ke SDN 23 Ujung Gurun Padang (yang gedungnya sekarang udah berubah total 100% dan bagus banget sejak diperbaiki akibat gempa 2009, beda banget pas waktu saya mengenyam pendidikan disini), 
3. SMPN 1 padang, 
4. SMAN 1 Padang, 
5. dan S1 Pendidikan dokter Universitas Andalas. Dan berharap alur pendidikan ini terus berlanjut dan nambah ke jenjang yang lebih tinggi. Aaaamiiiin.


Mungkin sekarang anda lagi bingung dan bertanya :


"SAYA LAGI DIMANA??"
"KENAPA SAYA BISA TERDAMPAR DISINI?"
"TEMPAT MACAM APA INI?" 

"TIDAK..."
"SELAMATKAN SAYA !!!"

Tenang. Jangan panik, jangan risau, jangan galau. Hentikan semua keresahan ini. Saya ingin mengklarifikasi kembali lokasi anda sekarang agar anda bisa meng-update kembali lokasi anda di Path. Saya ingin mengucapkan :


“SELAMAT DATANG DI BLOG PRIBADI SAYA”

https://kardisantos.blogspot.com

“WELCOME....!!!”

Selamat bergabung.


      Di blog ini bakal berisi postingan-postingan. Kebanyakan konten dari blog ini sifatnya hiburan sehingga tidak ada ketentuan khusus bagi siapapun yang ingin membacanya seperti ketentuan harus bimbingan orang tua, 18++, 20++, pijat ++ dst. Tidak ada maksud dan tujuan tertentu dibalik sharing tulisan ini. Saya harap anda tidak bosan dengan isi blog ini. 

      Blog ini sebenarnya sudah ada sedari tahun 2011 dan sudah ada beberapa tulisan yang sempat saya post disini. Bahkan postingan mengenai "Perkenalan/Introduction" juga sempat saya post disini sebelumnya di tahun 2014. Kalo kamu ga percaya plus KEPO, silahkan cek disini. Kalo masih penasaran dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya, di scroll down aja blog nya.


       Nah terus ngapain coba bikin tulisan perkenalan lagi? kan udah kemaren. Oke  Lemme say somthing. Saya merasa tulisan saya (yg perkenalan tadi) tersebut rada alay dan kata ganti "gua" yang menurut hemat saya kurang cocok atau kurang pas bagi kepribadian saya yang berdarah kental Minang ini, maka dengan sepihak dan sewenang-wenang saya putuskan untuk membuat tulisan perkenalan yang baru menggantikan tulisan sebelumnya. Walaupun ceritanya menggantikan, tapi saya berencana untuk tidak akan menghapus postingan tersebut dan juga postingan-postingan sebelumnya. Biarlah itu jadi kenangan dan pelajaran saja di masa yang akan datang. AZEEEKK.....


Oke mungkin itu saja dulu perkenalan saya yang pertama, tunggu part 2 nya ya...


Stay tune dan keep stalking my blog.


*Kalo ada yang mau ngasih uneg-uneg, kritik ataupun saran, ditunggu dengan segala hormat..... 



......to be continued